Minggu, 13 Oktober 2013

GADIS PENJARING MIMPI (4)



Di tempat lain, kilau mata hijau anjing-anjing hutan melacak mangsa, mengendus muka tanah, tercium bau lezat santapan. Mereka tersenyum liar, tersedia daging perawan terbungkus dedaunan hutan. Bosan sudah kawanan serigala mengunyah daging alot orang-orang dewasa.

Angin sepoi menerbangkan aroma manis gadis berkerudung mendekati moncong para serigala. Seketika, kaki-kaki kokoh pemangsa mencabik-cabik lantai bumi. Seekor serigala hitam melesat jauh memburu tubuh gadis penuh bulir-bulir peluh yang meluruh.
***
Dalam hitungan menit, kawanan serigala berhasil mengejar gadis berkerudung merah jambu. Serigala memata-matai Fanya dari belakang. Mengendap-endap sehalus sutra, hingga suara patahan dahan-dahan kering pun lamat terdengar. Empunya taring-taring runcing itu menunggu waktu yang tepat untuk mengerkam tubuh gadis kecil itu.

Kumpulan mimpi itu berontak dalam jaring, kepakan sayapnya mengaduh. Tanpa disadari, kawanan serigala menyergap dari arah belakang. Mata serigala itu mendelik, eraman penuh nafsu, air liur menetes di antara taring tajamnya. Fanya melirik, beberapa siluet hitam pemangsa siap menerkam tubuh kecilnya yang kini menggigil takut. 

Kawanan mimpi semakin meronta hingga merobek jaring gadis itu. Seketika, puluhan makhluk bernama mimpi melesat bagai kilatan petir, menggelegar. Nyala terang mimpi-mimpi menabur teror kepada kawanan serigala. Kilaunya menyilaukan mata. Makhluk bersayap menghujam telak raga para serigala, bagaikan tombak pahlawan menembus dada pemberontak. Sontak para serigala mengerang, menyalak sumbang. Perlahan kawanan serigala tergopoh lesu, tersengat listrik. Binatang karnivora itu seperti mati lemas.
Fanya berjibaku. Sikunya membiru, berkali tersungkur jatuh. Sebisanya ia menjauh dari seringai taring serigala. Ia mencoba menata debaran dada di balik tumbuhan rambat. Telapak tangan menyapu butir-butir bening berjajar rapi di kening. Kini Ia bisa lega, meski hatinya merana tak berwarna. Tersisa segenggam asa dalam jaringnya.
***
Kawanan hewan ganas tumbang, hanya satu yang bertahan, serigala hitam, sang pimpinan kelompok. Meski tubuhnya seperti terbakar, matanya yang sekarang buta itu memancarkan amarah. Bisa-bisanya kelompok pemangsa terkuat tergeletak tak berdaya. Taring-taring berliur kian gemeretak, ingin segera mencabik tubuh kerontang Fanya. Lolongan menyapa, tapi gadis itu menjawabnya dengan tangis tak berbunyi. Serigala sangat murka.

Serigala hitam mengibarkan bendera balas dendam. Meski hanya tinggal seonggok tulang, tetap saja, serigala ingin menyantapnya. Gadis itu terdesak, ajal merangkak pelan mendekatinya, sabit hitam malaikat maut terkalung di lehernya. Gadis terhuyung meninggalkan alas, air mata mengalir deras, pasrah menyerah kepada sang maut serupa serigala. Aroma kematian tercium jelas. 

Gadis itu takut sejadi-jadinya, pipinya becek, tubuhnya gemetar, tersengal-sengal dia menangis. Fanya sadar sang maut benar-benar memeluk tubuh layunya. 

“Berikan aku mimpi itu, cepat..” tiba-tiba suara muncul dari balik dedaunan meranggas.

“Siapa kamu?” diselidikinya sosok bayang yang bergerak di depannya. 

“Cepat.. berikan aku segenggam mimpi itu, aku akan menolongmu.”

“Siapa kamu?” tanyanya lirih, hampir seperti berbicara dalam hati. 

“Aku pemburu mimpi, teman-temanku dimakan oleh anjing jalang itu. Sekarang ini aku hanya bisa bersembunyi. Percayalah, aku aku menolongmu, tapi berikan mimpi itu padaku.”

Perlahan, tubuh ceking itu berkelabat mendekati. Separuh badannya tertutup tanah, separuhnya lagi berjubahkan dedaunan basah. Sosoknya begitu familiar ketika wajahnya tertimpa cahaya mimpi.

“Ini caraku untuk mengelabui penciuman tajam serigala. Beri aku sedikit mimpi itu.”

Kepada pemuda itu, diberinya segenggam penuh. Pemuda ceking itu lantas menghirupnya. Mimpi-mimpi itu berlesatan merasuki pemuda ceking. Matanya terbelalak, makhluk benama mimpi itu menyerangnya bertubi-tubi, dan semakin menjadi. Jiwa pemuda itu penuh dengan mimpi. Kawanan mimpi melilit kuat otak pemuda ceking, mengendap di dalamnya, bermetamorfosis menjadi ide-ide brilian.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banner Ad