Rabu, 27 Februari 2013

Pengakuan (II)


Aku hanya ingin dia mengetahui isi ceritaku tanpa aku harus bercerita kepadanya, apa itu salah?
(Daun, seorang pria dengan ego yang besar)

Aku tidak akan menghubunginya lagi, bukan berarti aku membencinya, aku tetap sayang sama dia. Aku hanya ingin dia tahu, ingin dia sadar, siapa orang yang benar-benar peduli dengan dia.
(Embun, seorang perempuan)

Aku tetap akan lebih menggunakan logikaku daripada perasaanku. Bukannya apa-apa, tapi itu sesuatu yang wajar. Karena aku yakin dia pasti untukku dengan berkaca pada hal-hal yang selalu dia berikan padaku.
(Akar, seorang pria)

Bukan salah saya kalau aku lebih memilihnya, karena dia memberikan kepastian. Sesuatu yang tidak ditunjukan oleh temanmu itu.
(Kuncup, seorang perempuan yang tak mau menjadi korban ego seseorang)

manusia kerap mementingkan egonya sendiri daripada perasaan orang lain. Jadi, redamlah sedikit egomu itu, belajarlah untuk lebih menghargai orang lain, dengan menelan egomu itu dan mulai jujur di depan orang lain tentang apapun itu. Untuk sesuatu yang lebih indah bagi hari-harimu.
(Ranting)

Senin, 25 Februari 2013

Pengakuan (I)


Ya, saya orang paling bodoh yang pernah dilahirkan, goblok segoblok-gobloknya. Kenapa baru terasa pedihnya sekarang setelah saya tahu siapa orang yang benar-benar peduli sama saya. Orang yang justru sayang tulus sama saya, orang yang selalu berada dekat dengan saya, justru dia yang saya sia-siakan, selalu saya sakiti. Tetapi perempuan yang aku cinta mati-matian, perempuan yang selalu aku agung-agungkan justru menipu dan memanfaatkan saya saja. Mungkin ini karma yang harus aku terima. Perbuatan yang selama ini gemar aku lakukan akhirnya menyerang balik diriku, melalui perempuan jalang itu.
(Fajar)

Aku sebenarnya sedih melihat kamu. Kamu tak selalu mendapatkan bagian indah dalam hidupmu. Kamu selalu gagal, dan hanya meraasakan kebahagian sesaat. Aku tu selalu ada disaat kamu sedih, senang. Tapi apa yang aku terima, kamu hanya selalu menyakiti hatiku. Kamu selalu menyepelekan tulusnya perhatianku ke kamu. Kamu memang bodoh, tak punya pendirian, pengecut dan memalukan. Mengapa baru sekarang kamu tersadar, disaat aku sudah bahagia dengan orang lain. Aku hanya berharap kamu segera menyadari kebodohanmu. Aku percaya kamu bisa berubah.
(Senja)

Kamu tu gimana ya, ada gak sih untuk menggambarkan orang yang lebih dari tolol?, kamu tu berkali-kali gue bohongin, tetep aja mau. Emang dasarnya kamu udah tololnya parah kali ya, jadi ya gue manfaatin terus ketololanmu dengan menggumbar harapan palsu gitu ke kamu. Gue di sini Cuma bisa  terkikik puas aja. Ada aja orang kayak kamu... Dasar bego!!!
(Jingga)

Sebagai manusia harus peka, siapa yang peduli dan siapa yang acuh tak acuh, siapa yang sayang siapa yang benci, siapa yang ada dipihak kita dan siapa yang menjadi musuh kita.  Jangan sampai hanya membuka mata fisik kita dan menutup mata hati kita. Terkadang orang-orang yang sangat peduli sama kamu adalah orang-orang yang justru tak pernah kamu anggap eksistensinya dalam kehidupanmu.
(Bintang)

Rabu, 20 Februari 2013

Kisah Pemuda Penyendiri, Pohon Ara, dan Dewi Pujaan (II)


Tampak kumpulan kunang-kunang terbang rendah. Bergerak terbang gemulai bagai tarian balerina. Binatang itu menyala remang dari kejauhan, tertangkap oleh sorot mata pemuda yang mulai pudar. Tatapannya tak lagi tajam. Lambat laun matanya mengabur membingkai atap istana, di mana dewi pujaan tinggal.

Detik demi detik. Hari berganti hari. Sahabatnya, pohon ara juga mulai menggugurkan satu per satu daunnya yang menguning. Si pemuda nampak suram. Dilihatnya sang dewi pujaan tak lagi ceria seperti kala itu, sore hari saat ia memainkan anak rambut pirangnya atau sekedar menghirup wangi kuning merah bunga istana. Dan benar saja, si pemuda melihat dewi pujaan menitikan air mata.

Sang Dewi duduk diberanda. udara terhirup sesak, menumpahkan lewat bunga kata.Andai dia bisa seperti pemuda itu, hidup sendiri, tak akan pernah ada yang menyakiti. Hidup menyendiri, terbebas  rasa sesak meski tak bersayap.  Dia ingin seperti pemuda penyendiri itu, hidup menyendiri sehingga tak akan ada yang melukai hati. Dia menyakini pemuda itu beruntung, karena tak pernah merasakan cinta, hidupnya tenang, bercumbu dengan kesendirian. Sang dewi sudah muak dengan kepalsuan yang dihadapi. Orang-orang yang dia cintai memakai topeng. Pintar menyembunyikan maksud.

Baris demi baris, bait demi bait, dirangkainya ramuan kata mewakili hati. Pangeran berkuda putih yang ia nanti, tak akan pernah kembali selamanya. Mungkin saja...

Sendainya kau alasan bagiku
untuk selalu menikmati pagi lalu senja
akan kurangkai bunga kata
membungkus dalam sepotong awan

hujan deras kala itu, celaka
memudarkan tinta rasa
membasahi secarik harapan
musnahlah rajutan masa depan

titik-titik air tak lagi menggigit kulit
hujan mereda, tercoret segaris pedih di angkasa
melintang menembus jantung

kini tinggal sunyi, roda kayu pedati menggilas bayangan
menjelma dalam cahaya malam
remang redup lalu pekat
terbang hilang tertiup luka

Banner Ad