Kamis, 14 Agustus 2014

Biru dan Ungu


Aku biru, kamu ungu, berdua jauh dari sesuatu yang merah jambu.

Aku biru, kamu ungu, tersembunyi isak tangis disudut dapurmu.

Aku biru, wujudku tertutup lesu dan pilu. Seperti maling ayam yang tertangkap basah, lalu dihajar masa.

Kamu ungu, kau adalah warna kemegahan. Warna favorit raja-raja. Terselampir indah merekah di pundak permaisuri Sion.

Aku biru, kamu ungu, tertata rapi di meja kayu.
Aku biru, seperti minuman bersoda, penuh gula dan mengembungkan asa.
Kamu ungu, bak anggur tua kesukaan kaum istana. Manis, mahal, dan memabukkan jiwa.

Aku biru, kamu ungu, ibarat warna yang beririsan. Aku belahanmu dan kamu belahanku. Aku ibumu, dan kamu anakku. Sudah sepatutnya kita saling menyayangi, bukan memiliki.

Sudah berapa lama kita bermain warna? Berjam-jam kah? Barangkali berhari-hari? Sebab tembok kamar penuh coretan warna mejiku. Barangkali berbulan-bulan? Sebab tangan kita tak lelahnya mencampur warna warni waktu.

Aku biru, kamu ungu, jika menyatu, tak lebih bagus dari warna kelabu.

Biarkan aku tetap biru, sebiru langit di atas, dan sebiru laut di bawah, yang menudungimu dari panas, yang menyejukkan kerongkonganmu.

Dan kamu ungu, seungu batu kecubung, banyak manusia kelak tersanjung.

Aku biru, kamu ungu, berdua jauh dari lagu yang mendayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banner Ad