Senin, 31 Desember 2012

Catatan Akhir Tahun (31/12/12)


Kaki-kaki lelah menapak pelan menuju ke sudut ruangan. Aku merenung sendiri di dalam pekat. Menanti waktu bergulir kembali, menanti saat tak ada lagi suara atau teriakan-teriakan kemunafikan. Aku berlutut seraya menarik nafas perlahan, menundukkan kepala kemudian menutup mata. Hening, sssstttt......

***
Aku membuka buku lamaku yang sedari tadi aku dekap di dada. Buku yang aku ambil dari rak buku yang mulai terselimuti debu, seolah menjadi istana nyaman para laba-laba dan rekan binatang lainnya. Baris ke enam pada rak teratas, tepatnya. Buku dengan tebal 365 halaman, mulai aku baca halaman per halaman.

Pada halaman 3 aku terhenti. Dimana catatan pertama kalinya aku bertemu dengannya, manusia bernama perempuan. Di mana setiap kata-kata yang terangkai melukiskan keindahannya. Terlalu indah hingga tak ada goresan-goresan tinta hitam yang bisa mewakilinya.senyuman dan tawa kecil mengiringi saat aku membaca satu per satu petualangan bersamanya.

Hampir setengah buku aku lahap, tersadar ada berberapa halaman yang hilang. Ada bekas robekan kertas kasar yang masih tersisa. Ya, itu adalah halaman dimana aku mengalami kepahitan hidup. Aku masih ingat malam itu, dengan amarah tak terbendung, dia robek semua halaman itu. Lalu dia membakarnya di depan kedua matak. dengan tersenyum kecut, dilemparkannya abu-abu kertas itu di wajahku, lalu berlalu begitu saja. Kamu telah membakar semua harapan yang tergantung di atas awan.

Lanjut aku membaca buku itu, tepat di halaman 310, catatan cerita di man kita dipertemukan kembali. Kembali menyusun satu per satu kepingan yang dulu berserakan. Tapi kali ini aku merasakan sesuatu yang tak sama lagi. Bagai debu diterpa angin, hilang tak  bersisa. Itulah yang kini aku rasa saat bersama dia.

Tepat di halaman 365, tertulis “I hate the ending myself, but it started with an alright scene,” sebuah lirik lagu Discenchanted dari MCR menutup bait terakhir buku itu. Ya, whats done is done, yang berlalu biarlah berlalu, dan mari kita membuka sesuatu yang baru. Kini aku mengambil buku baru, kembali aku buka, hamparan kertas putih masih mendominasi buku itu. Dan kini tak seperti sang waktu yang menuliskan hidupku, biarlah aku yang menulisnya sendiri kisahku kali ini.
***

Selasa, 18 Desember 2012

Hati Bersih Demi Air Bersih





Kaos yang dikenakan penuh bercak-bercak tanah. Kaki dan tangannya berlapis lumpur mengering. Wajahnya berselimut keringat, dekil dan tak sedap dipandang. Si bocah tampak kotor sehabis puas bermain dengan teman-teman sebayanya.

Langkah kakinya mengendap-endap masuk rumah, sesekali menengok kiri kanan. Dia tak ingin kena omel ibunya jika memergokinya pulang kotor-kotoran. Satu langkah, dua langkah diambilnya, tiga langkah pelan hingga sampailah bocah itu di depan pintu kamar mandi. Bak mandi berukuran jumbo terbingkai oleh sepasang mata si bocah. Dilucuti semua pakaian yang menempel pada tubuhnya. Seketika, si bocah  mendekati bak mandi penuh air itu. Tanpa pikir panjang, byuuuuuuurrrr.... si bocah dengan girangnya masuk ke dalam bak mandi. Hampir saja senyum menyimpul sebelum suara yang dia kenal mengagetkannya.

“Daruu !!!” bentak sang ayah sembari melototi anaknya yang asyik berendam dalam bak mandi.

“Le, koe ra mudeng pie nk banyune lagi asat,” (”Kamu gak tahu ya kalau kita lagi sulit air,”) lanjutnya.

Hampir 17 tahun berlalu kejadian itu, tetapi hingga kini kejadian lampau itu masih membekas dalam pikiran saya. Ya, bocah nakal itu telah beranjak dewasa. Itulah sepenggal memori masa kecilku. Kini, saya mulai mengerti betapa pentingnya air bagi manusia, bahkan dalam hal sekecil pun.

Kembali ke cerita masa silam. Guna menghindari omelan ibu, kelakuan saya itu justru mengotori air seisi bak mandi. Dan gara-gara ulah saya yang berendam dalam bak mandi, ayah, ibu dan 4 saudaraku tidak bisa mandi sore itu. Kran kembali dibuka ayah, lalu aku mengamati air hanya mengucur ala kadarnya dari mulut kran, sangat sedikit. Saat itu, kami sekeluarga tinggal di daerah Jatingaleh, Semarang di mana sedang musim kemarau dan sulit mendapatkan air.

Berkat kesalahan kecil, orang lain ikut celaka. Itulah pelajaran yang bisa aku petik. Pengalaman yang biasa, tapi mempunyai efek yang luar biasa. Mulai saat itu, saya berhati-hati dalam menggunakan air, baik air minum maupun air bersih.

Berawal Dari Diri Sendiri

Berdasarkan pengalaman saya semasa kecil itu, saya mulai sadar bahwa untuk menjaga kelestarian air bersih, harus dimulai dari diri sendiri. Jangan sampai kebodohan dan keegoisan saya sewaktu kecil terulang kembali, memakai seluruh persediaan air sehingga merugikan orang lain. Mental mencintai air ini harus tertanam dalam setiap diri seseorang. Hal yang besar pun dimulai dari yang kecil. Kita pun juga harus memulai menjaga ketersediaan air bersih dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti:
·        Mulailah menghemat penggunaan air dalam keperluan sehari-hari, seperti minum, mencuci dan mandi.  
·         Langsung mematikan kran jika air sudah terisi penuh atau tidak dipakai lagi.
·         Jangan membuang sampah di sungai, karena dapat mencemari air sungai.
·        Menjadi teladan dan berani memberi contoh kepada keluarga, teman, masyarakat tentang pentingnya melestarikan air bersih.

Jika setiap individu telah sadar akan pentingnya air bagi kehidupan, maka akan mempermudah mengontrol dan membantu masyarakat/pemerintah dalam program pengelolaan air bersih. Disini, pemerintah diharapkan berperan aktif dalam menjaga kelangsungan air bersih, seperti:
·        Melakukan konservasi air, seperti membuat waduk sebagai cadangan air. Waduk dapat menampung debit air yang berlebih sehingga dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
·         Melakukan reboisasi atau penghijauan kembali.
·         Membuat lahan terbuka atau hutan kota sebagai serapan air.
·         Memberi sanksi tegas kepada pabrik yang membuang limbah ke sungai.
·        Gencar melakukan sosialisasi tentang pentingnya air bersih, seperti melalui film, ILM (iklan layanan masyarakat), poster atau pun cara-cara kreatif lainnya.

Di mana ada air, disitu ada kehidupan. Sebuah pepatah lama yang menggambarkan bahwa air merupakan unsur terpenting kehidupan makhluk dalam semesta. Bisa dibayangkan bila debit air bersih di bumi semakin lama semakin berkurang, maka dapat mengganggu keseimbangan alam dan manusia itu sendiri. Jika mengeksploitsi air secara terus-menerus, masyarakat lah yang dirugikan. Bahkan, generasi kita selanjutnya akan kesulitan menikmati air bersih.  Topik kekeringan dan kelangkaan air bersih seakan sudah menjadi rutinitas pemberitaan di media massa setiap musim kemarau. Tengok saja saudara-saudara kita di Gunung Kidul maupun NTT, bagaimana kerasnya perjuangan mereka untuk memperoleh setetes air bersih.

Diperlukan kesadaran dalam diri sendiri, masyarakat dan pemerintah akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Ketiganya harus saling bahu membahu melestarikan unsur sumber kehidupan ini. Itulah solusi utama dalam menjaga ketersediaan air bersih. Jika air bersih bisa kita kelola dan menghentikan eksploitasi air besar-besaran, niscaya anak cucu kita kelak masih bisa merasakan kesegaran dan kejernihan air bersih. Maka diperlukan hati yang bersih untuk menyelamatkan air bersih, pikiran yang jernih untuk melestarikan air jernih, dan jiwa yang sehat untuk tetap menikmati air yang sehat.

Mimpi: Menikmati Air Bersih di mana-mana

Pernahkah kalian bermimpi? Tiap pagi, setelah bangun tidur, membasuh muka seraya meminum air langsung dari kran, praktis sekaligus menyegarkan pastinya. Atau saat jalan-jalan di taman, kita bisa menikmati air kran yang langsung bisa diminum untuk melenyapkan dahaga. Sayang itu masih sebuah angan-angan, sebuah mimpi yang belum terwujud. Aktivitas itu hanya bisa dilakukan orang-orang di beberapa negara, seperti Denmark, Inggris, Cyprus, Kroasia, Singapura, Prancis, Amerika Serikat, dll. Negara-negara tersebut masuk dalam kategori negara dengan pengelolaan air bersih yang baik.
Sementara ini, mungkin Indonesia belum bisa seperti negara-negara itu, tapi aku yakin suatu saat Indonesia bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Mungkin saat ini aku sudah bisa merasakan kepraktisan menikmati air bersih dengan adanya inovasi baru dari Unilever yang efektif dan hemat energi. Langsung bisa meminum air sumur, tetapi menyaringnya terlebih dahulu dengan Pure It yang kakak saya beli tempo hari.

 “Om, airnya mentah tapi langsung bisa diminum kok, aku aja ambil minumnya dari sini,” ujar keponakan kecilku, Shasha sembari telunjuknya mengarah pada Pure It.

Karena penasaran, aku pun mengambil gelas, membuka kran dan mengisinya penuh segelas. Tanpa basa-basi aku pun meminumnya. Kemudian aku balas tatapan polos keponakanku dengan mengangkat ke dua alisku. Segar... J


http://www.worldnature.org/wp-content/uploads/2011/10/freshwater_inside_large.jpg

Selasa, 06 November 2012

Kisah Pemuda Penyendiri, Pohon Ara, dan Dewi Pujaan




Di suatu ketika, ada seorang pemuda penyendiri. Dia duduk bersandar dibawah pohon ara bertemankan sepi. Langit sore, kala angin menggiring kumpulan awan menjauh dari tatapannya, pikiran pemuda penyendiri melayang membatin dunianya berganti. Dia ingin dilahirkan kembali seperti perempuan yang dipujanya kini, ceria, terbuka, terkenal, banyak teman dan bersemangat menjalani hidup.  Tak seperti dirinya yang pendiam, pemalu, tertutup dan rendah diri. Bibir tipis pemuda itu menyimpul kecut,  memahami tak mungkin nasibnya berubah. Dia sudah kenyang dengan lamunan tinggi, tapi hidupnya selalu sendiri, hanya pohon ara tempatnya berteduh teman satu-satunya yang dia punyai.
 

Kemudian mulutnya berucap kepada sahabatnya, pohon ara. “Mungkinkah seorang yang elok parasnya bersanding dengan pemuda yang pendiam?”.. atau “Mungkinkah kamu, pohon ara bisa berubah menjadi pohon anggur?” Pohon ara tak menjawab, daun-daunnya bergerak pun tidak.

Pemuda itu lalu melemparkan pandangan ke sebuah istana megah bertingkat, yang di dalamnya tinggal sang dewi pujaan. Mata hitamnya menangkap senyum simpul perempuan. Dengan mengenakan gaun putih,dewi pujaan itu duduk bersantai di mulut beranda. Tangan lembutnya memutar-mutar anak rambut yang terurai di bahunya.  Sesekali perempuan itu menangkap sorot mata pemuda penyendiri. Sang pemuda langsung tertunduk malu, terlalu indah untuk disaksikan, dia membatin. Pemuda penyendiri menyadari betul hidupnya. Dia bagai nyamuk rumah yang siap di tepuk, tak berharga tak berguna.

Cahaya matahari semakin memucat, pemuda penyendiri masih tak beranjak, sepasang mata membingkai beranda tak berpenghuni, sang dewi tertelan perut istana.  Kini jemarinya menggenggam puisi. Tidak untuk sang pujaan, tetapi untuk mempertanyakan apa yang dia rasa. Karena selama ini hanya perasaan sunyi yang mendominasi. Ditaburnya puisi itu dalam secarik kertas, lalu digantungnya di dahan pohon ara, sahabatnya.

Pikiranku terbalik, jiwaku menitik
Menatap wajah ranum bagai setangkai mentari
Hati menyanyi senyum berseri
Detak jantung acak tak beraturan
Aku jatuh cinta?

Antilogika menyerbu otak kiri
Syaraf-syaraf mengakar, rasional membeku
Ketika aksi reaksi berdistorsi
Memupuk asa dalam sekeping hati
Itukah asmara?

Dunia itu lucu, hanya candu dan pipi merah tersipu
Dunia itu surga, hanya aku yang tahu
Dunia itu merah jambu, semanis madu
Itukah asmara?

Aku tak tahu menahu
Biarlah itu mengalir seperti sungai
Menghanyutkan tanda tanya, mengendap

direlung hati
Cuma cinta sendiri yang mengerti cinta...

Selasa, 23 Oktober 2012

BERANTAS KORUPSI, DIMULAI DARI DIRI SENDIRI



“...Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat dan kayu jadi tanaman..”  nukilan lagu Kolam Susu dari Koes Plus itu menggambarkan bagaimana sebenarnya tanah air kita sangat melimpah sumber daya alam hayati maupun mineral. Tetapi realitasnya, sebagian besar rakyatnya justru hidup jauh dari taraf sejahtera. Paradoks memang, tapi inilah fenomena sesungguhnya yang terjadi di negeri tercinta ini. Salah satu faktor yang menyebabkan rakyat menjadi sengsara, yakni  pengelolaan negara yang salah oleh pemerintah, seperti praktik korupsi yang merajalela.

Budaya korupsi tumbuh subur tidak hanya di kalangan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, tetapi juga menjangkiti masyarakat umum. Tindakan pemberantas korupsi  masih terlihat tebang pilih, yakni hanya memotong ranting-ranting kecilnya saja, tetapi batang utama pohon dibiarkan begitu saja. Selama pokok pohon masih menjulang kokoh, dan akar-akarnya kuat menghujam tanah, slogan “Indonesia Bebas Koruptor” hanya menjadi wacana belaka. Jika pohon-pohon koruptor itu terus dibiarkan tumbuh tinggi, negara Indonesia tinggal menunggu waktu untuk mengalami kehancuran.  Hak-hak rakyat diambil oleh oknum pejabat korup sehingga masyarakat menjadi apatis dengan pemerintahan. Jika hal ini terus menerus terjadi,  perekonomian negara menjadi tidak stabil, rakyat menjadi menderita, dan kelak negara akan chaos (kacau).

Maka dari itu, kita sebagai generasi masa depan bangsa Indonesia harus turun tangan dan saling bahu-membahu menghapus praktik korupsi, baik yang terjadi di kalangan elite maupun masyarakat awam. Pemberantasan korupsi baik secara preventif maupun represif bukan hanya tanggungjawab KPK, tetapi juga kita semua, karena korupsi saat ini menjadi penyakit masyarakat yang harus segera disembuhkan. 

Untuk memutus mata rantai praktik korupsi harus dimulai dari diri sendiri. Sebuah tindakan kecil tapi mempunyai efek yang besar. Kita melatih diri sendiri untuk berlaku bersih dan jujur agar bisa menjadi panutan keluarga, teman, bahkan lingkungan sekitar. Nilai-nilai agama juga harus kita amalkan dengan baik. Jika benteng iman kita semakin kuat, maka tindak praktik korupsi dapat diminimalisir. Dengan pribadi yang memiliki mental jujur dan karakter antikorupsi, percayalah, satu orang koruptor dimuka bumi ini berkurang satu. Meskipun tindakan yang dimulai dari dalam diri sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai Indonesia bebas korupsi, tapi tindakan kecil itu merupakan cara yang paling efektif.

“Selumbar di pelupuk mata saudaranya  nampak, tetapi balok di matanya sendiri tidak kelihatan,” saya jadi teringat omongan ayahku di kala sore hari ketika kami berdua menonton televisi. Nasehat yang saya dapat dari beliau, kita jangan langsung menyalahkan atau menghujat orang yang berbuat korupsi, tetapi kita harus menegok diri kita dahulu, apakah kita diri kita sudah bersih dari perbuatan korupsi atau belum. Jika diri kita sendiri saja belum bebas dari tindakan korupsi meskipun skala mikro, tak sepatutnya kita juga menghujat para koruptor. Besar kecilnya nilai uang yang dikorupsi adalah soal kedudukan atau kesempatan, tetapi yang harus digarisbawahi setiap dalam diri seseorang berpotensi mempunyai mental korupsi. Mental korupsi itulah yang harus dibasmi.

Saat itu saya mulai sadar, bahwa secara tidak langsung saya juga pernah melakukan tindakan korupsi meski dibilang mikro. Saat SMA dulu, saya sering meminta uang kepada orangtua dengan menaikan harga buku sehingga dari situ saya mendapatkan uang jajan lebih. Salah satu rangkaian Film Kita Versus Korupsi, yaitu Psssst... Jangan Bilang Siapa-Siapa sangat-sangat menampar muka saya. Apa yang diceritakan dalam film itu jadi cerminan dari perbuatan saya saat berbaju putih abu-abu. Dari film itu saya menjadi sadar, kalau generasi penerus bangsa juga sudah terjangkit virus korupsi sejak dini. Jika ini dibiarkan, maka akan sangat membahayakan kelangsungan hidup negara Indonesia.

Selanjutnya, tindakan kecil lainnya dengan menanamkan pendidikan antikorupsi dan kejujuran sejak dini. Jika diri sendiri sudah merasa memiliki mental jujur dan karakter antikorupsi yang kuat, kita bisa mencontohkan lalu menamankan nilai kejujuran itu kepada orang sekitar kita, dimulai dari keluarga. Saya mengambil contoh dari film pendek Selamat Siang, Risa! dimana peran ayah menjaga nilai-nilai kejujuran meskipun saat itu dia sedang mengalami fase terendah yang akhirnya karakter jujur itu ditiru oleh anaknya, Risa saat beranjak dewasa. Saat itu pak Woko (Tora Sudiro) tetap keukeuh pada pendiriannya meskipun disodori tiga gepok uang, mengingat kondisi ekonomi keluarga yang terpuruk dan tidak ada lagi biaya untuk berobat anaknya yang sakit.

Semua orang butuh uang, semua orang susah, butuh makan, mungkin saya salah, tapi kesalahan saya gak akan saya sesali sampai mati, maaf pak, gudang itu tanggung jawab saya, hanya dipakai untuk keperluan perusahaan” Ujar Pak Woko.

Jujur, kutipan itu sangat inspiratif untuk saya pribadi. Disaat orang yang sedang terpuruk, dia menolak iming-iming uang sogok dan lebih berpegang dengan ideologi kejujuran yang tertanam kuat di dalam dirinya. 

Dalam hal ini pemerintah diharapkan turut andil bagian meningkatkan pembentukan karakter antikorupsi untuk generasi penerus bangsa dengan mencetuskan program antikorupsi di dalam studi pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga ke Sekolah Menengah Atas (SMA).

Selain itu, KPK dan pemerintah bekerjasama melaksanakan program-program kreatif untuk menarik perhatian generasi muda dalam mengobarkan semangat antikorupsi. Selain melalui media film, KPK juga bisa mengadakan lomba-lomba, seperti menulis artikel maupun membuat Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tentang masyarakat, atau pun membuat lomba film pendek yang bertemakan korupsi. Dari kegiatan semacam itu generasi muda diajak untuk mengenal dampak dan bahaya korupsi, sekaligus untuk menyalurkan kreativitas, sehingga terwujud generasi muda yang produktif dan inovatif.

Kehadiran Film Kita Versus Korupsi seakan menjadi nyala lilin di tengah kegelapan. Film gagasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bekerjsama dengan Transperancy International Indonesia (TII) dan USAID ini menjadi pencerahan bagi generasi muda untuk melawan praktik korupsi. Dalam empat film pendek itu, penonton serasa di betapa korupsi sudah menyerang di berbagai kalangan masyarakat. Untuk itu, mari kita sama-sama memerangi korupsi, dan membabat habis mental korupsi dalam diri kita dan orang lain, sehingga tumbuhlah karakter antikorupsi disetiap hati dan tindakan kita. 

“If you wanna do the right things, lets do it in the right way”, kutipan dalam Film garapan Lasja F. Susastyo Aku Padamu menjadi penutup yang pas dalam tulisan ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu yang benar harus melalui cara dan jalan yang benar juga supaya mendapatkan hasil yang benar.

BERDOA UNTUK INDONESIA LEBIH BAIK !!!

Selasa, 16 Oktober 2012

Cerita Dikala Fajar


Suatu fajar merekah memberi selangsa harapan. Langit hitam terpulas corat-coret biru muda berpendar kekuningan karya tangan semesta. Tampak seorang anak muda duduk menatap semburat matahari pagi dengan muka masih bergaris kasur. Sinar hangat sang surya pun meregenerasi asa sang pemuda. 

Ia selalu lakukan, mencuci muka lalu duduk bersila di atas bukit. Sesekali mencium tetes embun tak berwarna yang membuat rerumputan jatuh hati. Beratapkan awan cerah, ia bersua sinar fajar, mewakili, tetapi tak bisa menyamai apa yang selalu ia nanti. Tak sekalipun membiarkan setengah bulatan api itu muncul disela pegunungan terlepas dari sepasang matanya hingga bulat sempurna ia menerangi dunia.

Bagaikan tumbuhan ilalang tumbuh liar di padang bunga, ia tetap merasakan dirinya tetap bercahaya, walau bersanding bersama warna-warni elok bunga. Tetap berharap cahaya langit menghangat di kala beku, dan meredup di masa terik. 

Sang pemuda selalu menanti cahaya yang bercahaya, menikmati fajar sampai tiba waktunya senja. Lantas menghimpun berkas sinar menjadi pelita bagi masa depan.

tetaplah menatap fajar. Percayalah, kelak sang surya mencurahkan sinar anugerah..

Kamis, 11 Oktober 2012

Untuk Rembulan Malam


Aku tidur, tetapi hatiku terbangun. Terbang terbawa angin timur. Terjagalah hai bintang suri, melesat jauh dan bentangkanlah sisa sinarmu. Hujani dunia dengan nafasmu, yang terlampau bahagia, supaya semerbak wangi di tengah taman berpagar bunga anyelir.

Kau tersayat, tapi darah tak mengucur. Hanya mengalir tenang dalam waktu silam. Menggenang dan mengentalkan kehampaan jiwa. Oleh luka kau tersenyum, menanti malam sunyi tercabik mentari.

Sang perempuan mengandung cinta. Susah payah ia berjuang, tampak butir-butir air membanjiri wajah sayu. Lahirlah cinta itu di bawah pohon zaitun, disambut rembulan dan pendaran cahya lintang. Tangisan lugunya bersemi diantara padang rumput dan padang gurun. Jelita sungguh mata itu, menciutkan fajar merekah. Lentera matanya menatap tajam, melesat memecah angin, bagai singa muda menerkam anak rusa.

Aku termenung, tetapi hatiku melantur. Sakit asmara aku !!

Kamis, 04 Oktober 2012

DIALOG TERAS RUMAH (II)


Tips dan Trik Lupakan Mantan 


Waktu tepat menunjukan pukul 19:00 WIB, ketika dua kepala mengernyitkan dahi berdialog memperbincangkan hal yang bisa dibilang serius.

“Bro, muke lu kayak gak enak gitu, gak charming seperti biasanya? Ada apa?”, buka si Gendut.

“Gapapa, cuma belum menemukan apa yang ingin saya cari selama ini aja..”, balas si Kurus.

“Emang apa Bro?”

“Artikel..” jawab si Kurus datar.

“Artikel apa?”

“Sepintar-pintarnya Google, mesin itu gak bisa ngasi solusi yang pas buat gue, meen..”

Si gendut menghela nafas sebentar, “Lu tu gak jawab pertanyaan gue..”

“Meen, gue googling gitu di internet, cari-cari tips dan trik lupain mantan gitu, tapi semua jawabannya itu terlalu mainstream gitu, yang jangan kepo sosmednya lah, cari kesibukan baru, atau yang cari aja pacar baru bla bla bla. It’s all sound klise meen.. Gue tu mau solusi yang beda. Kamu punya?” tanya si Kurus.

“Bukannya emang gitu ya caranya, Kalo lu mau yang lain gue sih ada caranya..”

“Apa apa apa apa?” Si Kurus semangat, pejoeang 45 mode on. 

“Ya kita maen analogi aja ..”

Si kurus mengangguk. 

“Pertama, anggep aja mantan lo tu A-LI-EN, bro. Bayangkan aja, Elu pacaran sama makhluk asing berlendir, bermata satu, jari-jari tangannya cuma dua. Covernya doang manusia, tapi onderdilnya Alien bro. Denger-denger, ada tu Alien yang ingin menginvasi bumi, tapi dengan teknologinya yang maju bisa buat baju kayak kulit manusia gitu. Jadi semacam kamuflase biar manusia asli gak tahu.”

Si kurus serius menyimak

“Enggak banget kan kalo ternyata selama ini lo ciuman sama alien, peluk-pelukan sama alien, suap-suapan sama alien. Twiteran semalam suntuk sama mahluk luar angkasa. Bisa lu bayangin gak, kalo lu jadi nikah sama dia, anak lu ntar mirip ibunya. Kepala gede, mata gede, hijau dan bau. Ihh, gue mah ogah.”

“Berarti selama ini, dia ALIEN meen?”

“Maybe... “ Si Gendut berucap datar.

“Kayaknya sih bener meen, Pantesan dulu gue ajak makan siomay dia nolak meen, maunya makan di restoran mewah ala Jepang gitu, yang isinya makanan mentah semua gitu. Terus kalo dia marah tu  suka lempar-lempar piring meen. Jadinya kayak invasi piring terbang gitu. Dan piring terbang kan identik dengan UFO, dan UFO erat kaitannya sama Alien. Aaaaaaaa Oh God, she’s truly Alien.”

“Tapi cara penalaranmu itu terlalu liar bro,”

Si kurus mengeleng-geleng kepala masih sulit memahami imanjinasi liarnya.

“Oke, Kedua, Anggep aja mantan lo tu Siluman. Lu gak mau kan kelak besanan sama Siluman Kerbau, Siluman Babi, Siluman Tengorak atau Siluman  Elang. Mau ditaruh mana muke lu, temen-temen lu pada kodangan dan tahu kalo besan lu tu Siluman. Kalo ternyata dia Siluman Elang sih mending, Anak lu mungkin bisa jadi penerus dewa Griffin. Bini lu kan punya sayap, jadi gak perlu ngeluarin uang transport buat ke kantor. Lu tinggal nyuruh dia aja yang nganter. 

“Waaaaaaaaa... Shit meen, gak salah lagi. Dia tu Siluman Babi. Bayangin aja, kamarnya tu dipenuhi boneka babi meen. Parahnya lagi, kaos, tas, sepatu, seprai, poster, sampai celana dalamnya ada bergambar babi. Itu udah membuktikan kalo dia tu siluman babi. 

Si kurus tertunduk lesu. “Alien, Siluman Babi, Alien Siluman Babi... Alien, Siluman babi, dia..”

“Bro, kan gue udah bilang itu cuma analogi, andai-andai aja..”

“Gak... gak mungkin... gue harus face the truth meen. Gue baru sadar kalo dia tu Alien, eh bukan, tapi Siluman Babi.”

“Terserah deh. Dan ini jurus ultimate buat ngelupain mantan, jedotin aja kepala lu di tembok. Sapa tau Lu jadi amnesia gitu, terus lupa deh sama dia..”

Si kurus meloncat dari kursi dengan mata yang membara..

“Bro, mau kemana?”

“Ikutin saran lu terakhir lah, gak nyangka meen selama ini gue pernah in relationship sama peranakan Alien dan Siluman. Gue mau jedotin kepala gue di tembok.. gue ingin melupakan semuanya tentang dia meen.”



dan saya berangan-angan ingin membagi cerita ini dalam kemasan audio visual,

Banner Ad