
Kaos yang dikenakan penuh bercak-bercak
tanah. Kaki dan tangannya berlapis lumpur mengering. Wajahnya berselimut
keringat, dekil dan tak sedap dipandang. Si bocah tampak kotor sehabis puas
bermain dengan teman-teman sebayanya.
Langkah kakinya mengendap-endap masuk
rumah, sesekali menengok kiri kanan. Dia tak ingin kena omel ibunya jika
memergokinya pulang kotor-kotoran. Satu langkah, dua langkah diambilnya, tiga
langkah pelan hingga sampailah bocah itu di depan pintu kamar mandi. Bak mandi
berukuran jumbo terbingkai oleh sepasang mata si bocah. Dilucuti semua pakaian
yang menempel pada tubuhnya. Seketika, si bocah mendekati bak mandi penuh air itu. Tanpa pikir
panjang, byuuuuuuurrrr.... si bocah dengan girangnya masuk ke dalam bak
mandi. Hampir saja senyum menyimpul sebelum suara yang dia kenal
mengagetkannya.
“Daruu !!!” bentak sang ayah sembari
melototi anaknya yang asyik berendam dalam bak mandi.
“Le, koe ra mudeng pie nk banyune
lagi asat,”
(”Kamu gak tahu ya kalau kita lagi sulit air,”) lanjutnya.
Hampir 17 tahun berlalu kejadian itu,
tetapi hingga kini kejadian lampau itu masih membekas dalam pikiran saya. Ya,
bocah nakal itu telah beranjak dewasa. Itulah sepenggal memori masa kecilku.
Kini, saya mulai mengerti betapa pentingnya air bagi manusia, bahkan dalam hal
sekecil pun.
Kembali ke cerita masa silam. Guna
menghindari omelan ibu, kelakuan saya itu justru mengotori air seisi bak mandi.
Dan gara-gara ulah saya yang berendam dalam bak mandi, ayah, ibu dan 4
saudaraku tidak bisa mandi sore itu. Kran kembali dibuka ayah, lalu aku
mengamati air hanya mengucur ala kadarnya dari mulut kran, sangat sedikit. Saat
itu, kami sekeluarga tinggal di daerah Jatingaleh, Semarang di mana sedang
musim kemarau dan sulit mendapatkan air.
Berkat kesalahan kecil, orang lain ikut
celaka. Itulah pelajaran yang bisa aku petik. Pengalaman yang biasa, tapi
mempunyai efek yang luar biasa. Mulai saat itu, saya berhati-hati dalam
menggunakan air, baik air minum maupun air bersih.
Berawal Dari Diri Sendiri
Berdasarkan pengalaman saya semasa kecil
itu, saya mulai sadar bahwa untuk menjaga kelestarian air bersih, harus dimulai
dari diri sendiri. Jangan sampai kebodohan dan keegoisan saya sewaktu kecil terulang
kembali, memakai seluruh persediaan air sehingga merugikan orang lain. Mental
mencintai air ini harus tertanam dalam setiap diri seseorang. Hal yang besar
pun dimulai dari yang kecil. Kita pun juga harus memulai menjaga ketersediaan
air bersih dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti:
· Mulailah menghemat penggunaan air
dalam keperluan sehari-hari, seperti minum, mencuci dan mandi.
·
Langsung mematikan kran jika air
sudah terisi penuh atau tidak dipakai lagi.
·
Jangan membuang sampah di sungai,
karena dapat mencemari air sungai.
· Menjadi teladan dan berani
memberi contoh kepada keluarga, teman, masyarakat tentang pentingnya
melestarikan air bersih.
Jika setiap individu telah sadar akan
pentingnya air bagi kehidupan, maka akan mempermudah mengontrol dan membantu masyarakat/pemerintah
dalam program pengelolaan air bersih. Disini, pemerintah diharapkan berperan
aktif dalam menjaga kelangsungan air bersih, seperti:
· Melakukan konservasi air, seperti
membuat waduk sebagai cadangan air. Waduk dapat menampung debit air yang
berlebih sehingga dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
·
Melakukan reboisasi atau
penghijauan kembali.
·
Membuat lahan terbuka atau hutan
kota sebagai serapan air.
·
Memberi sanksi tegas kepada
pabrik yang membuang limbah ke sungai.
· Gencar melakukan sosialisasi
tentang pentingnya air bersih, seperti melalui film, ILM (iklan layanan
masyarakat), poster atau pun cara-cara kreatif lainnya.
Di mana ada air, disitu ada kehidupan.
Sebuah pepatah lama yang menggambarkan bahwa air merupakan unsur terpenting
kehidupan makhluk dalam semesta. Bisa dibayangkan bila debit air bersih di bumi
semakin lama semakin berkurang, maka dapat mengganggu keseimbangan alam dan
manusia itu sendiri. Jika mengeksploitsi air secara terus-menerus, masyarakat
lah yang dirugikan. Bahkan, generasi kita selanjutnya akan kesulitan menikmati
air bersih. Topik kekeringan dan
kelangkaan air bersih seakan sudah menjadi rutinitas pemberitaan di media massa
setiap musim kemarau. Tengok saja saudara-saudara kita di Gunung Kidul maupun NTT,
bagaimana kerasnya perjuangan mereka untuk memperoleh setetes air bersih.
Diperlukan kesadaran dalam diri sendiri,
masyarakat dan pemerintah akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan.
Ketiganya harus saling bahu membahu melestarikan unsur sumber kehidupan ini. Itulah
solusi utama dalam menjaga ketersediaan air bersih. Jika air bersih bisa kita
kelola dan menghentikan eksploitasi air besar-besaran, niscaya anak cucu kita
kelak masih bisa merasakan kesegaran dan kejernihan air bersih. Maka diperlukan hati yang bersih untuk menyelamatkan air
bersih, pikiran yang jernih untuk melestarikan air jernih, dan jiwa yang sehat
untuk tetap menikmati air yang sehat.
Mimpi: Menikmati Air Bersih di
mana-mana
Pernahkah kalian bermimpi? Tiap pagi,
setelah bangun tidur, membasuh muka seraya meminum air langsung dari kran, praktis
sekaligus menyegarkan pastinya. Atau saat jalan-jalan di taman, kita bisa
menikmati air kran yang langsung bisa diminum untuk melenyapkan dahaga. Sayang
itu masih sebuah angan-angan, sebuah mimpi yang belum terwujud. Aktivitas itu
hanya bisa dilakukan orang-orang di beberapa negara, seperti Denmark, Inggris, Cyprus,
Kroasia, Singapura, Prancis, Amerika Serikat, dll. Negara-negara tersebut masuk
dalam kategori negara dengan pengelolaan air bersih yang baik.
Sementara ini, mungkin Indonesia belum
bisa seperti negara-negara itu, tapi aku yakin suatu saat Indonesia bisa
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Mungkin saat ini aku sudah bisa
merasakan kepraktisan menikmati air bersih dengan adanya inovasi baru dari
Unilever yang efektif dan hemat energi. Langsung bisa meminum air sumur, tetapi
menyaringnya terlebih dahulu dengan Pure It yang kakak saya beli tempo hari.
“Om,
airnya mentah tapi langsung bisa diminum kok, aku aja ambil minumnya dari
sini,” ujar keponakan kecilku, Shasha sembari telunjuknya mengarah pada Pure It.
Karena penasaran, aku pun mengambil
gelas, membuka kran dan mengisinya penuh segelas. Tanpa basa-basi aku pun
meminumnya. Kemudian aku balas tatapan polos keponakanku dengan mengangkat ke
dua alisku. Segar... J
![]() |
http://www.worldnature.org/wp-content/uploads/2011/10/freshwater_inside_large.jpg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar