Aneka warna saling berjajar rapi bagai busur cahaya
melesat membelah indah horizon
rangkaian warna merah, jingga, hijau, kuning, biru, nila,
ungu menyulam wajahmu
engkau terbias indah sehabis reda hujan
dibalik rupamu telah menanti, senyuman-senyuman keindahan
sekilas tentangmu, pelangi itu
Suatu kali, aku pernah melihat pelangi.
Tergores indah di antara awan-awan kelabu yang mulai memudar. Tak seperti bianglala
warna-warni konvesional. Pelangi itu hanya
satu warna, putih.
Aku tatap dalam-dalam pelangi itu, berharap segera menemukan jawaban. Aku yakin ini bukan mimpi. Tapi akal sehatku masih belum mau menerima kalau ada pelangi berwarna putih, atau mungkin yang aku saksikan itu bukan pelangi. Seketika, pelangi itu membersitkan cahaya cerah yang menyapu semua tanda tanya dalam dada.
Aku tatap dalam-dalam pelangi itu, berharap segera menemukan jawaban. Aku yakin ini bukan mimpi. Tapi akal sehatku masih belum mau menerima kalau ada pelangi berwarna putih, atau mungkin yang aku saksikan itu bukan pelangi. Seketika, pelangi itu membersitkan cahaya cerah yang menyapu semua tanda tanya dalam dada.
Aku beranikan diri menelurusi hutan keraguan, mendaki terjalnya gunung perjuangan, untuk melihat pelangi satu warna itu secara dekat. Detik demi detik, hingga senja pulang diganti malam, pelangi itu masih terlukis indah. Tetap menawan meski bersanding dengan bintang-bintang. Aneh, seharusnya pelangi hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi dari sisi yang berlawanan dengan mata yang memandang. Tapi pelangi itu tetap ada, meski kanvas langit telah menghitam. Aku yakin semua pertanyaanku akan terjawab setelah bertatap muka dengan pelangi itu.
Aku terus mendaki gunung perjuangan ini, meski dinginnya angin malam menusuk daging, tapi hangatnya cahaya sang pelangi itu mengikis semua ketakutan dan menyuntikan energi yang serasa abadi. Akhirnya, sampai juga aku di puncak gunung, dimana aku bisa sedekat ini dengan pelangi itu. Spektrum warna putih itu tak lagi berwujud busur, tapi berupa lingkaran penuh, sangat sempurna. Tanganku mengapai ke atas, menyentuhnya dan menjabat tangannya.
Pelangi putih, dia memperkenalkan diri.
Berjalan, bergerak,
terus melangkah, mengikuti warna cerah terang hingga sampai ke awan
(Sebuah catatan di
otakku, Bulan Desember, pertama kali aku bertemu pelangi putih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar