5 September 2013
Hari berikutnya, aku kembali ke ruang ramai, 10 kali lebih luas, tetapi sepuluh kali lebih sesak dari ruangan kemarin. Lagi, aku mengamati beratus-ratus orang di sekitarku, wajah mereka berseri-seri, sedikit canda banyak tawanya. Maklum saja, mereka semua dikumpulkan di ruang ramai ini adalah hasil dari perjuangan mereka bertahun-tahun.
Hari berikutnya, aku kembali ke ruang ramai, 10 kali lebih luas, tetapi sepuluh kali lebih sesak dari ruangan kemarin. Lagi, aku mengamati beratus-ratus orang di sekitarku, wajah mereka berseri-seri, sedikit canda banyak tawanya. Maklum saja, mereka semua dikumpulkan di ruang ramai ini adalah hasil dari perjuangan mereka bertahun-tahun.
Aku hanya duduk mematung, sesekali wajahku memainkan ekspresi sewajarnya meniru persis sikap perempuan yang kemarin. Aku merenung sambil merangkai imaji-imaji menjadi satu kesatuan sehingga terciptalah citra seorang perempuan yang misterius itu.
Dan tebak apa yang terjadi selanjutnya, perempuan itu tiba-tiba menampakkan dirinya tepat di hadapanku. Sama seperti kemarin, lingkar hitam masih nyaman diam di sekitar mata sayu perempuan itu. Aku tersenyum sembari tidak percaya. "Sial !! Pasti hari ini jadi penonton lagi !" pikirku
Dia duduk tepat di depan ku. Rambutnya di kucir ke atas, membiarkan anak-anak rambut bercabang kiri kanan, sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Juga rosario yang melingkari leher perempuan itu menyimpulkan keindahan, meski hanya dari belakang tubuhnya. Mataku tak pernah lepas darinya. Saat ini hanya itu yang bisa aku gapai, sebatas punggungnya saja.
Dan aku sangat menunggu saat ia menoleh ke kanan, berbicara dengan temannya. Momen itu terbilang jarang, karena ia cenderung diam dan asik dengan kemisteriusannya. Kembali, sorot remang mata sayunya membawaku kembali kepada bungkusan pertanyaan yang belum aku sodorkan kepadanya.
Takut, malu, dan gugup bersatu dalam rantai berpautan, membelenggu seluruh ragaku.
Senyum, serasa, dan senada berjejal dalam sukma.
semangat, energi, endoprin terisi lagi. Passion hidup kembali bangun dari mati suri. Rasanya seperti habis makan coklat berbatang-batang, atau baru kembali dari liburan asyik.
"Aku jatuh cinta, pada seseorang yang bahkan sampai hari inipun aku tak tahu warna matanya . Mungkin hijau, mungkin juga coklat muda"? batin Al saat melihat sosok pria berbaju biru itu. Nulikan film itu kembali muncul dibenakku.
"Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya sanggup aku gapai sebatas punggungnya saja. seseorang yang aku sanggup nikmati bayangannya, tetapi tidak bisa aku miliki. seseorang yang hadir bagaikan bintang jatuh, sekelebat lalu menghilang. Seseorang yang hanya bisa aku kirimi isyarat, sehalus udara, langit, awan atau hujan", terang Al dalam film itu.
Apakah mungkin aku mengalami peristiwa yang sama dengan cerita fiksi itu?? "Ah itu tidak mungkin, kita kan belum kenal, masa jatuh cinta. Ya, itu tidak mungkin terjadi."
Kembali kotak-kotak tanya berhamburan dari rak otakku.
Sajak sapa dan pertanyaan yang tak tertanyakan, ketika ketakutan dan penolakan memporakpondakan.
"Siapa dia?, apa yang kamu simpan di situ?, aku rasa apa yang kau rasa", ruang gelap proyektor kembali memutarkan pertanyaan itu.
"Ya, sebenarnya aku tahu betul apa yang kamu alami sekarang, karena aku juga mengalaminya. Aku juga melihat apa yang kamu lihat itu". Pernyataan itulah yang ingin aku sampaikan. Itulah maksud di mana aku ingin mengenal kamu. Berbagi kisah yang sama dengan dirimu, bukan untuk menyulam jalinan cinta ataupun asmara.
Satu sekon, satu menit, satu jam, beberapa jam kemudian aku masih akrab dengan kestatisanku. Hanya menjadi penonton, menyaksikan wajah dan mata sayumu di antara keramaian orang sampai ruang itu tak berpenghuni lagi.
Aku membiarkanmu lewat begitu saja, menjauh, hilang dan menjadi sesal.
Bodoh, pecundang dan penakut, aku menyimpulkan gambaran diriku saat ini. Aslinya, itu bukan diriku. Tapi entah kenapa, aku merasa takut dengan perempuan itu. Dan Mungkin aku harus tahu, aku tahu ada sesuatu yang tak akan pernah bisa aku ketahui.
Tapi aku berharap, kita bisa bertemu kembali, suatu saat, di ruang ramai yang lain, mata sayu.
malaikat.
****************************************************************
Dan tebak apa yang terjadi selanjutnya, perempuan itu tiba-tiba menampakkan dirinya tepat di hadapanku. Sama seperti kemarin, lingkar hitam masih nyaman diam di sekitar mata sayu perempuan itu. Aku tersenyum sembari tidak percaya. "Sial !! Pasti hari ini jadi penonton lagi !" pikirku
Dia duduk tepat di depan ku. Rambutnya di kucir ke atas, membiarkan anak-anak rambut bercabang kiri kanan, sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Juga rosario yang melingkari leher perempuan itu menyimpulkan keindahan, meski hanya dari belakang tubuhnya. Mataku tak pernah lepas darinya. Saat ini hanya itu yang bisa aku gapai, sebatas punggungnya saja.
Dan aku sangat menunggu saat ia menoleh ke kanan, berbicara dengan temannya. Momen itu terbilang jarang, karena ia cenderung diam dan asik dengan kemisteriusannya. Kembali, sorot remang mata sayunya membawaku kembali kepada bungkusan pertanyaan yang belum aku sodorkan kepadanya.
Takut, malu, dan gugup bersatu dalam rantai berpautan, membelenggu seluruh ragaku.
Senyum, serasa, dan senada berjejal dalam sukma.
semangat, energi, endoprin terisi lagi. Passion hidup kembali bangun dari mati suri. Rasanya seperti habis makan coklat berbatang-batang, atau baru kembali dari liburan asyik.
"Aku jatuh cinta, pada seseorang yang bahkan sampai hari inipun aku tak tahu warna matanya . Mungkin hijau, mungkin juga coklat muda"? batin Al saat melihat sosok pria berbaju biru itu. Nulikan film itu kembali muncul dibenakku.
"Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya sanggup aku gapai sebatas punggungnya saja. seseorang yang aku sanggup nikmati bayangannya, tetapi tidak bisa aku miliki. seseorang yang hadir bagaikan bintang jatuh, sekelebat lalu menghilang. Seseorang yang hanya bisa aku kirimi isyarat, sehalus udara, langit, awan atau hujan", terang Al dalam film itu.
Apakah mungkin aku mengalami peristiwa yang sama dengan cerita fiksi itu?? "Ah itu tidak mungkin, kita kan belum kenal, masa jatuh cinta. Ya, itu tidak mungkin terjadi."
Kembali kotak-kotak tanya berhamburan dari rak otakku.
Sajak sapa dan pertanyaan yang tak tertanyakan, ketika ketakutan dan penolakan memporakpondakan.
"Siapa dia?, apa yang kamu simpan di situ?, aku rasa apa yang kau rasa", ruang gelap proyektor kembali memutarkan pertanyaan itu.
"Ya, sebenarnya aku tahu betul apa yang kamu alami sekarang, karena aku juga mengalaminya. Aku juga melihat apa yang kamu lihat itu". Pernyataan itulah yang ingin aku sampaikan. Itulah maksud di mana aku ingin mengenal kamu. Berbagi kisah yang sama dengan dirimu, bukan untuk menyulam jalinan cinta ataupun asmara.
Satu sekon, satu menit, satu jam, beberapa jam kemudian aku masih akrab dengan kestatisanku. Hanya menjadi penonton, menyaksikan wajah dan mata sayumu di antara keramaian orang sampai ruang itu tak berpenghuni lagi.
Aku membiarkanmu lewat begitu saja, menjauh, hilang dan menjadi sesal.
Bodoh, pecundang dan penakut, aku menyimpulkan gambaran diriku saat ini. Aslinya, itu bukan diriku. Tapi entah kenapa, aku merasa takut dengan perempuan itu. Dan Mungkin aku harus tahu, aku tahu ada sesuatu yang tak akan pernah bisa aku ketahui.
Tapi aku berharap, kita bisa bertemu kembali, suatu saat, di ruang ramai yang lain, mata sayu.
malaikat.
****************************************************************
ehem
BalasHapusbatuk pak haji? hahahahahaha
Hapus