Aku tidur, tetapi hatiku terbangun. Terbang terbawa angin timur. Terjagalah hai bintang suri, melesat jauh dan bentangkanlah sisa sinarmu. Hujani dunia dengan nafasmu, yang terlampau bahagia, supaya semerbak wangi di tengah taman berpagar bunga anyelir.
Kau tersayat, tapi darah tak mengucur. Hanya mengalir tenang dalam waktu silam. Menggenang dan mengentalkan kehampaan jiwa. Oleh luka kau tersenyum, menanti malam sunyi tercabik mentari.
Sang perempuan mengandung cinta. Susah payah ia berjuang, tampak butir-butir air membanjiri wajah sayu. Lahirlah cinta itu di bawah pohon zaitun, disambut rembulan dan pendaran cahya lintang. Tangisan lugunya bersemi diantara padang rumput dan padang gurun. Jelita sungguh mata itu, menciutkan fajar merekah. Lentera matanya menatap tajam, melesat memecah angin, bagai singa muda menerkam anak rusa.
Aku termenung, tetapi hatiku melantur. Sakit asmara aku !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar