Selasa, 16 Oktober 2012

Cerita Dikala Fajar


Suatu fajar merekah memberi selangsa harapan. Langit hitam terpulas corat-coret biru muda berpendar kekuningan karya tangan semesta. Tampak seorang anak muda duduk menatap semburat matahari pagi dengan muka masih bergaris kasur. Sinar hangat sang surya pun meregenerasi asa sang pemuda. 

Ia selalu lakukan, mencuci muka lalu duduk bersila di atas bukit. Sesekali mencium tetes embun tak berwarna yang membuat rerumputan jatuh hati. Beratapkan awan cerah, ia bersua sinar fajar, mewakili, tetapi tak bisa menyamai apa yang selalu ia nanti. Tak sekalipun membiarkan setengah bulatan api itu muncul disela pegunungan terlepas dari sepasang matanya hingga bulat sempurna ia menerangi dunia.

Bagaikan tumbuhan ilalang tumbuh liar di padang bunga, ia tetap merasakan dirinya tetap bercahaya, walau bersanding bersama warna-warni elok bunga. Tetap berharap cahaya langit menghangat di kala beku, dan meredup di masa terik. 

Sang pemuda selalu menanti cahaya yang bercahaya, menikmati fajar sampai tiba waktunya senja. Lantas menghimpun berkas sinar menjadi pelita bagi masa depan.

tetaplah menatap fajar. Percayalah, kelak sang surya mencurahkan sinar anugerah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banner Ad