Suatu fajar merekah memberi selangsa harapan. Langit hitam terpulas corat-coret biru muda berpendar kekuningan karya tangan semesta. Tampak seorang anak muda duduk menatap semburat matahari pagi dengan muka masih bergaris kasur. Sinar hangat sang surya pun meregenerasi asa sang pemuda.
Ia selalu lakukan, mencuci muka lalu duduk bersila
di atas bukit. Sesekali mencium tetes embun tak berwarna yang membuat rerumputan
jatuh hati. Beratapkan awan cerah, ia bersua sinar fajar, mewakili, tetapi tak bisa
menyamai apa yang selalu ia nanti. Tak sekalipun membiarkan setengah bulatan api itu muncul disela pegunungan
terlepas dari sepasang matanya hingga bulat sempurna ia menerangi dunia.
Bagaikan tumbuhan ilalang tumbuh
liar di padang bunga, ia tetap merasakan dirinya tetap bercahaya, walau bersanding bersama
warna-warni elok bunga. Tetap berharap cahaya langit menghangat di kala beku, dan
meredup di masa terik.
Sang pemuda selalu menanti cahaya
yang bercahaya, menikmati fajar sampai tiba waktunya senja. Lantas menghimpun
berkas sinar menjadi pelita bagi masa depan.
tetaplah menatap
fajar. Percayalah, kelak sang surya mencurahkan sinar anugerah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar